Thursday 6 May 2010

ini blogku, dan di balik nama ZELFVERTROWING

tentunya kita pernah merasakan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, dan tentunya kita tidak akan pernah tau kapan rasa itu akan timbul, di balik pemahaman yang salah berakibat pada pemikiran yang salahpula. dalam hal ini  kejiwaan emosional tiap-tiap personal amat sangat mempengaruhi karakteristik kepribadian seseorang. kapan waktunya kita mengambil keputusan dan saat itulah kita harus siap mengambil resiko seberat apapun, terkadang orang mulai lemah ketika tekat yang di putuskan lebih berat dari pada resiko yang akan di ambil, di sinilah ambisi kita di uji, layaknya seorang kondektur dia tahu kendaraan merupakan alat penggerak ekonominya, sedangkan pemerintah kini sedang maraknya mencanangkan uji emisi yang layak, yang jadi persoalan adalah, si kondektur tahu kendaraan yang ia gunakan tidak memenuhi standar oprasional pemerintah, apakah mungkin si kondektur harus berhenti menafkahi keluarganya???, permasalahan di sini bukan hanya si kondektu dengan pemerintah saja sebagai pemegang kekuasaan mutlak, melainkan setiap keputusan yang di ambil olehnya akan melibatkan orang-orang yang ada di sekitar si kondektur cotohnya saja si istri kondektu, si anak kondektur, dan belum lagi hakim yang akan menangani kasus perkaranya apabila di persidangkan. inilah sebuah keputusan, kadang keadaan yang salah dapat melemahkan niat awal yang kita tanam. ini lah contoh sebuah pemahaman yang salah.

ZELVERTROWING sendiri merupakan kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi setiap persoalan yang rumit, oleh sebab itulah kita perlu tahu sebatas apa kelemahan kita dan juga kelebihan kita ataupun keadaan yang membuat kita di mana merasa dititik paling rendah sekalipun tapi hal ini bukan berarti kita harus mengkotak kotaki mimpi kita ataupun membatasinya untuk menjadi ini, ingin menjadi itu, harus sepeti ini harus seperti itu yaa, kadang kekurangan kita harus selalu berhadapan dengan pola pikir yang salah dan di lingkungan yang salah pula ini lah sebabnya kekurangan kita sering di jadikan senjata ampuh orang untuk menjatuhkan semangat kita, di sinilah kekuatan mental kita, apakah semangat kita hanya bisa di beli dengan perkataan yang sampah, dengan orang yang sampah pula, ini lah kenyataanya kita harus memiliki elenvital kuat sebagai tempat pembuangan sampah-sampah yang bersifat maya.  kita ambil contoh bagaimana seorang ayah mendidik anaknya dengan kediktatoran, dan penanaman moral yang bertangan dingin untuk mendidik si anak namun apakah mungkin si anak setelah beranjak dewasa dan lepas dari orang tua akan menurunkan kediktatorannya dan menemukan kesuksesannya tentu saja tidak, tidak selamanya si anak akan menurunkan sifat-sifat yang menurutnya terbiasa ia rasakan di lingkungannya sebelumnya, bisa saja mengalami infantilisme yang menjadikan dirinya merasa lebih nyaman dengan sifat kanak-kanak yang tak ia temukan semasa kanak-kanaknya, sehingga cenderung timbulah inferiority complex yang menyebabkan ia lebih banyak berada di duniannya dan menutupi diri dari dunia luar yang di nilannya amat merendahkan dirinya. 

No comments:

Post a Comment