Sunday 16 May 2010

"setengah crayon hitam dan seorang anak"

Terdapat dua puluh anak yang tengah mengikuti pendidikan di sebuah taman kanak-kanak. riuh gemuruh terdengar seakan tiba waktunya palu godam di ayunkan, namun seketika terhenti sejenak tatkala sorang guru mengatakan

" hari ini kita menggambar ".

Serentak ke dua puluh anak-anak tersebut menyiapkan dan meletakan pensil, penghapus dan alat-alat gambar lainnya tepat di mejanya masing-masing

sambil menunggu lembar demi lembar kertas yang siap di sajikan layaknya ayam goreng beserta french friesnya. ke dua puluh anak tersebut mengisi waktu luangnya dengan bercanda gurau lari sana sini layaknya sekumpulan mamot-mamot yang tengah berlarian menghindari jutaan hujan meteor yang mengancam habitatnya.

namun di antara sekian puluh anak sebayanya ada satu anak terdiam tanpa banyak kata, dingin sedingin puncak gunung fuji di malam hari, hanya mengambil sepotong crayon berwarna hitam dari ranselnya dan meletakan crayon hitam itu tepat di mejanya dengan gaya pecatur master yang menggerakan pion-pionya dengan mantab.

ini tampak kontras dengan anak-anak yang lainnya yang menyiapkan berbagai macam alat gambar mulai dari rautan, busur, jangka sorong, pensil dengan berbagai macam warna, penggaris dengan berbagai macam bentuk menghiasi di setiap mejanya masing-masing.

Seketika ibu guru mengatakan gambarlah sesuai dengan imajinasi kalian dan tunjukan apa yang kalian hasilkan melalui goresan tangan indah kalian.

Serentak sekumpulan murid-murid taman kanak-kanak tersebut menggambar dengan penuh inspiratif mulai dari goresan-goresan liar yang penuh artistik dengan berbagai macam bentuk panorama alam yang liar, seliar pemikiran dan goresan-goresan yang di hasilkan kumpulan anak-anak yang inspiratif tersebut.

lima belas menitpun sudah berlalu, lembaran demi lembaran kertas yang tadinya putih seputih pemikiran ke dua puluh anak-anak tersebut mulai tampak kotor dengan berbagai macam warna-warna yang tertuang di setiap lembar ruang kosong yang menghiasi hari indah mereka, seperti itulah memang hidup penuh dengan warna-warni.

Tangan-tangan kecil merekapun terus bergerak takberaturan layaknya jarum kompas yang bergerak menentukan arah setiap anak-anak ini melangkah.

Mulai dari pegunungan beserta pemukiman di bawahnya sampai dengan hutan beserta isinya tak hayal menjadi objek kreatifitas mereka namun di sela-sela itu semua lagi-lagi anak yang pendiam dan dingin tersebut membuat ibu guru bertanya-tanya apa yang sebenarnya dia lakukan dengan hanya menggunakan setengah crayon hitamnya itu, hanya goresan-goresan hitam yang membingungkan yang menghiasi lembaran kertasnya namun tanganya terus bergerak tak karuan dan amat cepat secepat badai katrina yang menuju pemukiman dan menghempaskan apa saja yang di lewatinya.

Lalu ibu gurupun bertanya kepada anak tersebut

" apa yang sedang kamu gambar nak? ", dengan penuh tanya.

Anak itupun diam dan terus terdiam tanpa mempedulikan sekitarnya layaknya anak kucing yang sedang asik bermain dengan buruannya.

Ibu guru itupun menarik lembaran kertasnya dan memberikan lembaran kertas yang baru dan lagi-lagi sama goresan hitam yang tak berarti.

Ibu guru itupun terus bertanya-tanya dalam benaknya apa yang dia tuangkan dalam pemikirannya sudah puluhan kertas di berikan padanya tapi hasilnya selalu sama, goresan-goresan hitam yang takberseni, takberarti bahkan hanya akan di jadikan sebagai tempat untuk para pedagang kacang rebus di sekolah ini menjajakan barang dagangannya.

Namun ibu guru tersebut menangkap ada yang beda dari pemikiran anak pendiam tersebut, satu demi satu ibu guru itupun memperhatikan puluhan lembar kertas yang di hasilkan anak pendiam tersebut dan mulai menyusunnya tak hayal sebuah puzzle yang di hasilkan puluhan lembar kertas itupun mulai membentuk sesuatu lalu ibu gurupun memberikan satu demi satu lembaran-lembaran kertas kosong tersebut kepada anak yang membingungkan ini tak hayal gambar seekor ikan paus pemburu sebesar setengah dari ruang kelas terbentuk dari hasil puluhan lembar kertas-kertas anak pendiam tersebut.

Tak hayal ibu gurupun mengharu biru dengan pemikiran anak pendiam tersebut.

Yang tadinya ia merendahkan dan mencibir anak tersebut kini berubah 180 derajat ia terpukau akan hasil dari anak yang iya kira rendah tersebut, dengan goresan-goresan tangannya iya menghasilkan karya yang spektakuler dan amat sangat inspiratif layaknya lukisan michaelangelo yang terpampang di dinding kapel sistina amat sangat menenangkan mata bagi mereka yang melihatnya.

Lagi-lagi anak yang inspiratif ini lahir dengan ide-idenya yang penuh dengan pemberontakan namun mengandung gagasan dan nilai-nilai pemikiran yang amat sangat inspiratif dengan berbagai macam asumsi-asumsi yang apatis di tengah terobosan-trobosan yang ia hasilkan dan kini anak ini mengejutkan guru-guru yang ada di sekolah taman kanak-kanak tersebut, sensasi yang di hasilkan anak pendiam dan dingin tersebut amat sangat terasa bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

Jelas ini mengajarkan bahwa apapun hal kecil yang kita hasilkan jangan pernah takut untuk menunjukannya ke mata dunia, karna kita dilahirkan sebagai seorang pemimpi bukan sebagai seorang pecundang yang hanya bisa menganggap rendah gagasan dan pemikiran kita.

Teruslah memberontak dengan ide-ide liar kita maka kita akan menemukan satu menit, ya hanya satu menit yang amat sangat berarti buat hidup kita..

 Inilah sebagian potret kecerian anak Indonesia yang sebenarnya ia tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya nanti terhadapnya, keluarganya tau bahkan negaranya dan rintangan apa yang mungkin di hadapinya ketika ia mulai beranjak dewasa dan merasakan apa yang di namakan TANGGUNG JAWAB.

JANGAN MENYERAH INDONESIA!!

 

 

No comments:

Post a Comment