Sunday 31 October 2010

intuisi

Suara bising terdengar, bosanku terjelembab, situasi tak menentu
Seakan waktu mengikat, umurkupun kian bertambah.
Aku teriak, kawanan bocahpun terdengar, miris mungkin, itu rasanya
Menghormati kebijakan elitpun terasa sampah bagi ku!

Saturday 30 October 2010

naluri pecundang

"aku berdiri di tempat di mana rasa lapar, haus tak dapat lagi kutemukan
orang tak lagi merintih, sekalipun keadaan tak mungkin dapat di tolerir
rasa cemas akan apa..di mana.. seakan sirna
nyalanya lampu menyamarkan sosok yang tak pernah di impikan
dan aku.. membuka mata berlahan, hati..telinga ku satukan
aku pejamkan mata, sosok itu lenyap..ku mulai samarkan..
ahhh aku tak sanggup menatap matanya
ada yang berbeda, tak mungkin kusandingkan dengannya
ini terlalu gila"..bisik ku.

. dibelakang ,

hidup ini adalah sebuah pilihan..
bukan pula sebuah ketakutan,
kecemasan yang selama ini kau rasakan..
layaknya sutradara kau yang tentukan,

CASSADEE POPE





Friday 22 October 2010

ITU AKU!

kau katakan aku pecundang
kau katakan aku pengecut
itu aku, kau katakan
kau katakan aku tak layak
kau katakan aku tak pantas
itu aku, kau katakan
dan aku katakan...
itu aku, dulu
dan kini...
aku tak seperti yang kau katakan
aku punya cita-cita
aku punya masa depan
itupun aku yang katakan
saat itu aku katakan...
dan kaupun mengatakan...
ITU AKU!!

Friday 15 October 2010

SAMA HALNYA, TAK BERARTI!

SAMA HALNYA, TAK BERARTI!

Tadi, kemarin, besok ataupun lusa sama saja bagiku tak ada sesuatu yang dapat mengembalikannya. Tak adanyapun tak mempersulit diriku, jatuh bangunku aku yang alami tidak untuknya atapun dirinya, bodohnya aku permasalahkan apa yang tak ada, hingga ku terjerumus di kubangan yang sama, sama-sama lupa, sama-sama tak mengalah, sama-sama egois, sama-sama sadar aku dan dirinyapun melakukan hal yang sama, dan semuanyapun kini sama sekali hal yang seharusnya tidak kita lakukan bersama.

STUDI BANDING ALA ANAK TK

STUDI BANDING ALA ANAK TK

“besok persiapan study tour, tolong di persiapkan apa saja yang akan di bawa untuk keperluan putra-putrinya besok bagi para orang tua yang mengawasi putra-putrinya”, ucap salah satu guru terhadap orang tua murid yang menghadiri rapat tersebut.

Sepenggal wacana tersebut tak ubah bedanya dengan para anggota dewan kita yang tengah asik membahas studi banding yang sekarang tengah hangat-hangatnya menjadi polemik publik. di samping menghabiskan dana yang tidak sedikit, di sisi lain banyaknya intervensi asing yang mempengaruhi stabilitas perekonomian, negara juga di hebohkan oleh segelintir oknum-oknum yang ingin menguasa negara dengan caranya. padahal kalau kita tarik dari sudut yang berbeda banyak polemik-polemik yang berkembang di tengah masyarakat saat ini “hasil pengeluaran taksesuai dengan hasil yang di dapat”, ketika anak mulai mendengarkana kata study tour dari gurunya yang terpikirkan mungkin gambarana-gambaran yang sifatnya menyenangkan dalam konteks “bersenang-senang”, bersenang-senang di sini bukannya hanya apa yang bisa di dapatkan dari hasil pengamatan. terlebih, dari itu semua melainkan apa yang bisa di beli dan apa saja yang bisa di lakukan sesampainya di sana, semakin menarik tempat yang akan di kunjunginya semakin menyenangkan pula kepuasaan yang di dapatkannya. Sama halnya ketika anggota dewan melakukan agenda studi banding tak ubahnya seorang anak-anak TK yang kegirangan ketika di sahkannya agenda tersebut dalam rapat paripurna. Tempat merupakan ajang gengsi bagi para anggota dewan, kan tidak lucu apabila studi banding ke luar negri hanya sebatas negara tetangga terlebih dengan banyaknya isu dan polemik yang tengah berkembang di masyarakat di samping telalu singkat, kepuasaan yang di peroleh tak sebanding dengan agenda yang tentunya menjadi tujuan utamanya (bersenang-senang) jadi tempat eksotislah pilihannya. Studi banding bukanlah sesuatu yang salah dan biasa saja, sah-sah saja ketika anggota dewan melakukan perbandingan dan di terapkan sebagai ajang memperbaiki bangsa, tapi ketika membelot dari agenda yang sudah di tentukan ini bukanlaha hal yang biasa. Nyatanya banyak kita dengar studi banding hanya di jadikan sebagai banding membandingkan harga, tak lucu rasanya apa bila anggaran yang di keluarkan oleh rakyat hanya di jadikan ajang untuk hepi-hepi sampai-sampai pulang dengan tangan kosong (belanja) apa lagi ada penyuapan di dalamnya, mungkin saja istilah itu sekarang di samarkan ketika anggota dewan tak di perbolehkan lagi menerima hadiah dalam bentuk apapun dan seketika studi banding di jadikan ajang sebuah nama yang pas untuk mengabu-abukan mata masyarakatn tentang kinerja pemerintahan, hal itu boleh saja di lakukan wong namanya saja studi banding membandingkan suatu tempat dengan tempat yang lebih baik tentunya. namun faktanya di lapangan taksesuai dengan apa yang sudah di agendakan sebelumnya, membanding-bandingkan harga itu mungkin lebi dari sekedar cocok menggambarkan tingkah laku para dewan saat ini. Bagaiman tidak ketika berangkat dengan mebawa aspirasi rakyat namun ketika datang koper-koper yang berisikan lusinan merek dagang menemani kepulangan mereka. Yaa ini kita dan negara kita, urusan menyenangkan rakyat jelas kita nomer satunya sampai-sampai untuk biaya sekolah bagi para tunas bangsa kita saja di abaykannya, orang-orang korup sekalipun saja masih sempat di manjakan di ruang tahanan dengan fasilitas kelas hotel bintang lima, dan belum lama ini disahkannya anggaran pembangunan gedung mewah DPR yang tak kurang 1 trilliun rupiah yang harus di habiskan dan lengkap pula dengan sarana olahraga yang katanya dapat menunjang anggota dewan agar tampak selalu bugar, kalo sudah begitu pastinya tidak kita temui lagi wajah-wajah lesu dari para anggota dewan pada saat rapat paripurna berlangsung yang selama ini acap kali terjadi. lalu di mana 233 juta orang miskin lainnya yang tak dapatkan fasilitas yang sama??, atau mungkin itu hanyalah isapan jempol belaka yang hanya tuhanlah yang tahu seburuk apa ke adaan mereka tanpa pernah kita tahu sebelum kita melihatnya kebelakang dan merasakan apa yang di rasakan kawan kita tersebut, pantaslah kita sebut negara ini kaya wong anggota dewannya saja di danai rakyat untuk sekedar leha-leha ke negri pesohor nan eksotis 233 juta rakyat miskin tentunya hanyalah sebuah tanda tanya besar.

Bersikap Proposional

Sudah waktunya pemerintah bersikap proposional dalam menentukan agendanya, mana yang harus di prioritaskan dan itu harus di nomer satukan, namanya saja prioritas, lucu kalo di nomer duakan apalagi di hiraukan, terlebih ketika hubunganya dengan aspirasi rakyat. jangan gara-gara perjalanan studi banding pramuka ke afrika wakil dewan yang katanya terhormat lupa akan tanggung jawabnya sebagai anggota dewan yang mengemban aspirasi rakyat, hasil merupakan bukti pencapaian yang nyata. Sayangnya budaya berpolitik dinegri ini di katakan proposional apabila sudah sesuai pada kepentingan parpolnya bukan lagi rakyat, dan kini kitapun hanya bisa gigit jari ketika segelintir oknum sudah mulai menerapkannya. dan ketika studi banding sudah di katakan proposional tentunya akan ada pertanggung jawaban yang menghasilkan buktinyata yang harus di terapkan bagi si pelaku, hal ini pulalah yang harus di pertanyakan nantinya jangan giliran di tanya hasil hanya bisa geleng-geleng kepala terlebih saling menuding ketika di minta pertanggung jawabannya. Berkacalah dari pengalaman, ketika hal tersebut di nyatakan tidak efektif apagunanya hal serupa kembali di lakukan terlebih ketika masyarakat tengah di persulit oleh stabilitas perekonomian yang tak kunjung membaik. Kehormatan bukan hanya di lihat dari seberapa mampu pemerintah memfasilitasi para anggotanya melainkan seberapa besar pemerintah mampu memfasilitasi rakyatnya.