Wednesday 9 June 2010

merdeka dalam menulis!!!

saya ingin menulis, tapi tak sepantasnya saya menulis di sini, di tempat seperti ini dengan situasi seperti ini, ada yang salahkah???, ah mungkin cuman pikiran yang terlintas saja, tak usah pikirkan, cukup dengan 10 menit, oh tidak mungkin lebih, gimana kalo 15 menit, ah tidak juga 20, 25, 30..
mungkin tidak terlihat berarti tapi suatu saat pasti berarti, ok di mulai dari hitungan ke tiga ya, 3, 2,1, dan tunggu ada yang terlupa, pensil, pulpen atau penghapus, awan cerah di luar tak mengganggu, atau perlu sedikit...... saya tidak tahu apa yang harus saya ketik selanjutnya, ok di mulai tapi tulis apa yaaa, mungkin ini saja, saya tidak kerja hari ini, bolos, tapi tidak juga apa yaa?, yaa, sangat mungkin alasannya, ehmmm belum di pikirkan mungkin besok, lusa oh tidak cepat atau lambat mereka pasti bertanya, ya sudahlah tidak usah dipikirkan, lupakan saja, haduh ngantuk, tapi ga ingin tidur, jadi maunya apa??, tidak ingin banyak gerak, cukup duduk dan tenang, apakah sudah 10 menit???, sepertinya belum, Kalo begitu lanjutkan, fokus tapi tidak bisa, harus bisa!!!, jgn galak-galak donk, tangan pegal anj......oh tidak kata-kata kotor tidak penting, ganti dengan yang lain, siaaalllllll, apanya yang sial???, sudah jangn banyak tanya tetap fokus dan akhirnya duaaaarrrr, meledak balonya, merah, tapi sepertinya bukan, mungkin kuning, tapi bukan juga oh ya saya tahu hijau, persis baju yang saya gunakan.. tapi tunggu baju saya berwarna putih, ok kalo begitu hijau kita hapus dan ganti putih, apakah ada yang punya penghapus???, tidak!!!, saya belum pulang hari ini, gimana keadaan rumah. mungkin baik, saya lupa mandi ini, bagaiman bisa lupa yaaa, sudahlah jangan terlalu serius kita santai saja di mulai hari ini, jgn terlalu terburu-buru, oh tidak leher pegel mata sakit, istirahat sejenakkah???, nanti saja belum 10 menit ok kita tunggu yaaa, sampai kapan???, sampai nanti ???, nantinya kapan????. kapan-kapan. haduh cape tapi belum cukup waktu dan belum cukup banyak, ok tiga baris lagi yaaa, atau empat munglkin???, tidak, tidak cukup tiga baris saja!!! OK, sepertinya hampir tiga baris dan waktu hanya sampai 5 menit saja, ya sudah lima menit saja dan jangan teruskan 1,2,3,4,5 sudah lima menit dan waktu berakhir...

Tuesday 1 June 2010

jalan ketentuan hidup

pada suatu hari, seorang anak bertanya kepada ayahnya karna sang anak merasa dirinya tak lagi mampu bangkit dari hinaan, cacian yang ia terima dari perlakuan teman2nya. ia merasa di asingkan, karna sang anak memiliki kekurangan di bandingkan teman-teman sebayanya, ia seorang yang tak memili lengan yang sempurna di lain sisi ia seorang anak yang memiliki segudang bakat dan talenta yang tak teman-temannya miliki, namun menurutnya hinaan dan cacian temannya-temannya mengalahkan semangat awal yang ia yakini sebelumnya, sebelum ia ingin mengenal apa itu pertemanan, apa itu pergaulan dan apa itu solideritas, kini ia tahu jawabannya dan ia pun menyesali itu. di sela-sela percakapannya dengan ayahnya ia bertanya "apakah ada yang tak lebih penting dari mengurusi harga diri?", ucapnya.sang ayah pun menjawab dengan heran "apa maksudmu nak, tak biasanya kau berkata sedemikian pentingnya?""yaa, apakah seorang yang tak sempurna harus hidup juga dengan ketidak sempurnaannya, dan apakah yang sempurna harus hidup sesempurna mungkin dengan melupakan hakekat tanggung jawabnya sebagai manusia??"."dan tentunya itu bukanlah kehendak kita menjadi orang yang taksempurna", tambahnya.sang ayahpun menegaskan kepada sang anak "kau tahu betapa pentingnya kesempurnaan, dan kau tahu betapa celakanya mereka -yang kau sebut itu.""tapi ada yang tak mereka miliki dari kesempurnaan yang mereka miliki, apakah mereka mersakan ketidak sempurnaan yang kau rasakan, apakah mereka mengenal kesempurnaan yang mereka miliki, tangan, kaki, dan ke dua mata mereka apakah mereka dapat menggunakannya secara serentak, coba kau bayangkan seorang yang di anugrahi ke dua lengan, apakah lengan kiri yang ia miliki sesering lengan kanan yang ia gunakan, apakah lengan kiri mereka sebagus tulisan lengan kanan yang ia miliki. dan saat kau merasakan seseorang menyudutkanmu, lakukanlah sesuatu yang tak ia mungkin dapat lakukan""contohnya?, dan apa maksudnya", sang anak kembali bertanya"kau seorang yang punya niat, dan ayah tahu itu. tapi kau tak cukup kuat memiliki tekat yang kau miliki saat ini, dan dengarkan dengan seksama cerita seorang yahudi, tapi coba kau tanamkan tekatnya bukan seterusnya", kemudian sang ayah menceritakan sebuah anekdot tentang keluarga seorang yahudi. "terdapat seorang keluarga di mana seorang anak di didik buka sebatas pendidikan formal yang ia peroleh, melainkan lebih dari itu. dan kemudian seorang anak bertanya terhadap ayahnya, "apakah kita juga harus percaya terhadap orang di sekeliling kita?", dan si ayahpun menjawab dengan lugasnya, "coba kau ikuti kata-kata ayahmu ini nak", "bila kau ingin menemukan jawabannya naiklah ke sebuah pohon dan yakinkan dirimu di dalam hatimu kemudian bulatkan tekatmu bahwa tubuhmu dapat ringan seringan yang kau bayangkan setelah itu peganglah cincin ini", tambahnya. "maka kau dapat terbang sesuai dengan apa yang kau bayangkan, dan percayalah kata-kata ayahmu ini nak", ucapnya dengan lugas. kemudian selang beberapa waktu sang anak melakukan apa yang di perintahkan oleh sang ayah, dan ternyata apa yang ia dapat tak sesuai dengan apa yang ia harapkan, kini seluruh tubuhnya di penuhi dengan luka-luka yang di timbulkan oleh perbuatannya sendiri. kemudian sang anak bertanya ke pada ayahnya sambil menangis, "kenapa ayah tega, ayah bilang aku bisa terbang jika aku yakin, tapi apa nyatanya", sang anakpun menangis. kemudian sang ayah berkata "kau yakin, tapi yang kau yakini bukanlah apa yang ada di dalam hatimu, melainkan kau yakin dengan perkataan orang yang jelas-jelas itu kontradiktif dengan apa yang kau yakini dalam dirimu nak", "percayalah pada dirimu apapun itu, tuntunan hidupmu bukan dari orang lain, melainkan dirimu sendiri, kau yang jalani kau yang putuskan nak", ucapnya dengan tegas. mulai saat itulah si anak mulai di tanamkan doktrin bahwa sanya tak ada yang lebih baik dari keputusan diri sendiri apapun resikonya, tuturnya."yaa itulah sepenggal cerita pendek yang dapat kau ambil hikmahnya nak, tapi perlu ayah tekankan, tak selamanyapula perkataan orang justru mendeskriditkan kita, jadikanlah semua itu cambukan untuk dirimu menjadi lebih, dan bukan sebaliknya menjadikan sebagai batu sandungan untuk kita menyesal apa yang sudah di takdirkan terhadap kita", ucap sang ayah terhadap anaknya."yaa, aku sudah mengerti itu yah, lain kali takkan ada lagi penyesalan tentang ini itu yang terlontar dari mulutku""lakukan apa yang meurutmu baik untukmu nak", tambahnya.