Tuesday 9 November 2010

cinta meminta lebih darimu

rasanya terasa universal ketika kita mempermasalhkan cinta, namun rasanya terlalu naif pula ketika cinta hanya di jadikan sebuah kisah teragis bagi para pelakunya. cinta terlahir, tumbuh dan berkembang dari, dalam atas pemikiran. seseorang di katakan cinta apabila terjalin komunikasi dua arah yang menimbulkan kesamaan visi, misi dan juga persepsi. banyak orang mengagung-agungkan cinta dan tak sedikit pula orang menghujatnya lantas mengharamkannya. persoalan di sini bukan menyangkut apa itu cinta, melainkan seberapa besar kita mencintai. layaknya pementasan romeo dan juliet karya shakespeare cinta bukan hanya di gambarkan dengan percintaan ala remaja yang penuh dengan kontrovesi di dalamnya, atau hanya sekedar memberikan setangkai mawar dalam nuansa romantis terhadap pasangan saat valentine kemudian mengecup keningnya, apakah harus yang seperti ini yang di sebut cinta?, pantaslah sebagian orang menyebutnya sebuah kisah tragis di dalamnya. seharusnya bukan itu yang menjadi tolak ukur dalam mengiklarkan sebuah komitmen.
jika tiap kata yang terucap akan di minta pertanggung jawabanya, maka begitu pula ketika mendeklarasikan cinta. ada konsekuesi logis untuk sebuah pilihan, maka cinta akan meminta semuanya darimu. sampai pikiranmu. sampai perhatianmu. berjalan, duduk, dan tidurmu.
mungkin sebagian orang berpendapat cinta itu tragis namun apa dan seperti apa?,  kematian seorang romeo kah yang rela mengakhiri hidupnya ketika sang juliet yang lebih dulu meninggalkannya, atau  leila dan qais menjadi majnun, menjadi gila dalam cerita laila majnun?, rasanya itu lebih tepat di katakan sebuak ke konyolan dalam memutuskan sebuah komitmen. ada yang lebih tragis dari sekedar kematian konyol, namun di akhirinya dengan sebuah citra akan pandangan yang melebihi dari sekedar cinta seorang romeo terhadap julietnya, atau laila dengan qais, yakni kematian seorang pemimpin untuk rakyat yang di cintainya, perhatian seorang ibu yang di tinggalkan anaknya ketika menua, kematian seorang pejuang ketika mencintai bangsanya, atau kematian seorang mujahidin ketika membela ajaran allah. inilah seharusnya yang di sebut cinta, rasa ingin melindungi, dan mempertanggung jawab tentang apa yang sudah di deklarasikan atas nama cinta, tulus bukan sekedar kekonyolan.
memang seperti itulah cinta, penuh dengan sejuta misteri di dalamnya. kita lahir atas dasar cinta, puluhan bahkan ratusan, jutaan orang terlahir karna cinta, namun tak sedikit pula orang mengakhiri jalan hidupnya di atas sebuah nama cinta, layaknya pisau bermata dua seperti itulah cinta.

No comments:

Post a Comment