Monday 13 February 2012

para kritisi yang terbuang

Sumpah Pemuda
“Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku goyahkan dunia, jika ada sembilan pemuda lagi, maka indonesia pasti berubah”
kata-kata soekarno yang mempengaruhi pergerakan pemuda pada saat bangsa ini tengah dalam kerisis kepercayaan diri oleh masuknya paham kolonialisme di negri ini, itulah pemuda katanya.
Pemuda, pemuda adalah roda pergerak reformasi pemuda pulalah yang melahirkan kaum refolusioner tak hanya itu pemudalah bukti otentik bahwa 28 oktober indonesia di lahirkan yang kemudian untuk pertama kalinyalah lagu ciptaan W.R Soepratman di alunkan di negri ini, Indonesia Raya
Pemuda sama halnya dengan perubahan, perubahan secara struktural dan mendasar secara birokrat maupun dalam segi nonbirokrat. Dewasalah kita apabila negara ini memiliki pemuda-pemuda seperti tahun 1928 yang menyatakan satu tanah air satu indonesia, berbangsa satu bangsa indonesia dan berbahasa satu bahasa indonesia. Pemudalah pondasi bangsa ini, amat sangat penting ketika kita kembali menghayati, dan memahami sumpah pemuda di tengah krisis kepercayaan diri  yang tengah kita alami saat ini, apabila perayaan sumpah pemuda hanya di isi oleh pidato para tokoh yang tak bermakna, kosong tak berarti, maka kaum reaksionerlah yang seharusnya turun karna tak mampu menanggalkan atribut orde baru, karna tak mampu, memahami isi sumpah pemuda yang tak dapat di pisahkan dari perjuangan kaum revolusioner bungkarno
Namun kini obor api kerevolusioneran pemuda mulai padam oleh karna politik “de-sukarnoisasi” dan anti komunis yang di lancarkan oleh para pendukung orde baru kian melekat di tambah intervensi budaya asing yang mudah masuk ketika demokrasi mulai di salah gunakan dalam kepentingan parpol.
Adalah sudah waktunya sekarang kita para pemuda revolusioner yang memeriksa kembali berbagai aspek tentang lahirnya sumpah pemuda yang mulai padam dari para orang-orang reaksioner yang ingin memecah belahkan idiologi pancasaila Dan ke bineka tunggal ikaan yang sudah melekat dan memerdekakan Indonesia selama ini.
Tak hanya kemauan dan pemahaman yang kuat tentang para tokoh di balik lahirnya sumpah pemuda, pemuda harus pula perperan penting dalam membangun kepribadian bangsa dalam setiap regenarasinya yang tak lepas dari sejarah yang sudah ada dengan bersama-sama menggabungkan satu visi misi antara LSM, partai politik, organisasi-organisasi pemuda, mahasiswa, serikat buruh, tani dan perempuan dalam mencapai Indonesia yang satu, berdaulat, adil, dan makmur.

Arti penting sumpah pemuda
Bangsa kita adalah bangsa multikultur dengan berbagai macam aspek yang dapat terkonfrontasi dari pihak-pihak asing, menggalangkan satu visi misi merupakan tujuan yang mendasar dan bersifat hakiki oleh sebab itu perlu seyogyanya merangkul Ibu pertiwi dalam segala aspek  kultur, budaya, agama dalam satu ikatan ke bineka tunggal ikaan yang tak lepas dari sumpah pemuda. Maka nyatalah sumpah pemuda sebagai pondasi penting dalam memerdekaan ibu pertiwi di tengah konfrontasi politik , militer, maupun ekonomi budaya asing.
Perlunyalah kita ingat akan peristiwa yang mengawali kemerdekaan Indonesia sebagai manisfestasi yang kuat akan hasrat memerdekakan bangsa dari segala bentuk atribut tentang kolonialisme dan liberalisme yang melekat jauh sebelum  perjanjian yang menyatakan Indonesia adalah satu. Dan mereka-mereka ini adalah tunas-tunas bangsa yang akan menggantikan pergerakan soekarno dalam ambisinya memerdekakan ibu pertiwi secara regenerasi. Maka jelaslah sumpah pemuda sebagai kontrak-politik dari berbagai suku bangsa tanah air yang bersifat konkret untuk mencapai tujuan yang hakiki dalam artian kemerdekaan itu sendiri bukan campur tangan asing, bukan pula pinjaman manisvestasi pihak asing bukan pula sebagai demokrasi kebarat-baratan yang mengenal family regering  menyatakan jabatan bersifat kekeluargaan dan bukan pula paham fasisme menyatakan pemerintah berpusat dari satu partai, bukan, bukan itu yang di inginkan dari lahirnya sumpah pemuda melainkan pemerintahan yang menyatakan darirakyat untuk rakyat, negara republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik suatu suku, dan bukan pula milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari sabang sampai marauke demikianlah pidato yang lontarkan soekarno pada tanggal 24 september 1955 di Surabaya.
Namun nyatanya kini sumpah pemuda tak lagi menyala, tak bekobar situasi mulai terlupakan kala para pemuda berhasil menarik kembali pasukan blanda – jepang ke negrinya. Pemuda tak lagi memikirkan bangsanya, pancasila mulai terlecehkan ajaran bungkarno telah terlupakan, dan paham-paham idiologi asing mulai menjamur di antara sekian juta pemuda ibu pertiwi, pancasila bukanlah sebagai roh pegangan idiologi Negara melainkan seonggok barang tua yang di tinggalkan si pemiliknya dan di abaikannya. padahal di lihat dari sejarahnya sumpah pemuda di buat bersama-sama dengan ambisi dan fundamentalis yang khidmat dan mengacu pada kerakyatan yang adil dan makmur karna itulah sudah seyogyanya kita kembali lagi kepada sejarah yang sudah ada dan soekarnopun meyatakan dalam pidatonya jangan sekali-kali meninggalkan  sejarah sejarah adalah pondasi yang tak bisa di pisahkan dari sebuah peristiwa di belakangnya karna itu ketika sumpah pemuda mulai di lupakan dari sejarah awal terciptanya maka siap-siaplah kita mengalami berbagai macam disintegrasi yang dapat menggoyahkan persatuan dan kedaulatan NKRI oleh karna kita tak mampu memacu kembali rasa kebersamaan yang terkandung di dalamnya dan menganggap situasi sumpah pemuda sebagai sesuatu yang hambar dan bukanlah sebagai prodak pemersatu bangsa yang dulu pernah menyala.
Apalah artinya sebuah bangsa tanpa adanya pemuda-pemuda yang haus akan kemerdekaan yang bersifat hakiki, entah dari bangsa kecil manapun ketika pemudanya mulai mengirarkan janji setia sehidup semati maka bangsa itu telah masak sebagai bangsa yang berdaulat. seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia itu yang di gambarkan soekarno tentang arti sebuah pemuda dalam pidatonya.
Pantaslah kita sebagai pemuda menggalangkan kembali ajaran-ajaran yang menyatakan Indonesia adalah kita dari kita dan untuk kita dengan secara bersama-sama kembali menghayati makna di balik sumpah setia para pemuda yang telah merubah setiap detik, menitnya sejarah yang terlahir dengan menjadikan Indonesia mandiri secara ekonomi, politik, maupun militer. Dan kita tentunya semua, akan menjadikan setiap regenerasinya menjadi sebuah sejarah yang akan kembali terlahir dari sebuah aspek yang sama tanpa meninggalkan tinta merah dari sebuah peritiwa yang sudah ada.
Kita memang terlahir sebagai para pemimpin untuk diri kita, bagian dari 237 juta rakyat ini yang harus menerima pelakuan yang sama. regenarasi kita adalah cerminan untuk masa depan nantinya. saya sadar betul bahwa tak banyak orang yang mau bersikap keritis atas negaranya. Kita tak pernah lagi melihat para pemuda menggalangkan suaranya untuk bangsa yang tak lagi berpihak pada kau minoritas, mungkin sekarang tidak, tidak lagi sebagai minoritas melainkan mayoritas dengan suatu persoalan yang sama yakni “ekonomi” .
Satu dua orang tenggelam ketika mereka berani untuk berorasi di atas panji-panji keadilan. Tidak kah kita sadar betul untuk apa kita menjadi warga negara?. Mungkin pertanyaan dengan jawaban ini tak banyak yang mereka tau. Kita memilih kewarganegaraan bukan berarti kita lantas hanya memperoleh pengakuan atas jati diri bangsa kita, ada nilai dan tanggung jawab ketika kita sudah mulai mencantumkan kewarganegaraan kita di dalam akte kelahiran kita. Tentunya mereka yg tergerus pada sebuah generasi yang jauh dari harapan menantikan betul setiap lahirnya para kaum patriottisme yang berani bersuara atas ketidak adilan di bumi pertiwi ini.
Saya sadar betul ketika di tanya apa yang sudah engkau berikan kepada negara ini?. Dalam hati kecil berkata “tidak” saya belum bisa memberikan sepeserpun apa yg saya bisa berikan kepada negara ini. Saya berani bersuara pendidikan di negri ini mahal. Apa ia kita harus mengacungkan bedil kepada pemerintah untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Apa perlu kita harus mengacungkan senjata untuk memperoleh kesehatan dan menutupi perut yg telah lama kosong ini.
Lalu harus saya berdiam diri untuk sesuatu yang tak berkesudahan ini. Saya yakin betul kesamaan suara dari para mereka yang tergerus kepada suatu kekuasaan untuk menggulingkan kembali kediktatoran para jendral-jendralnya. Mereka yang mengkritisir suara kita tak tau betul betapa gerahnya sebuah pengakuan. Saya merasakan betul ketika  para revolusioner berani membakar dirinya untuk sebuah hal yang prinsipil. Dan semoga saja penyiksaan bukanlah sebagai alat untuk mengintrogasi bagi para kaum pembelot
Saya bukanlah orator ulung layaknya soekano yg pernah kita punya di negri ini tapi saya tau apa yang haru saya lakukan untuk bangsa ini. sekali lagi angkat peci untuk para intel politik, angkat senjata untuk para pengusung kediktatoran. Semoga negri ini tidak tenggelam pada sebuah retorika yang salah.

@audisitandji #saveRI

No comments:

Post a Comment