Monday 11 February 2013

Real Madrid - The Financial Leading Club

Real Madrid - The Financial Leading Club


Serangkaian start buruk dilakoni skuad asuhan Jose Mourinho di awal musim 2012/2014 ini. Kekalahan melawan tim seperti Getafe dan Sevilla dari sembilan jornada yang baru berlangsung adalah sesuatu yang tidak termaafkan bagi skuad senilai lebih dari 500 juta euro ini. Masalah-masalah minor menyangkut siapa yang dipilih antara Gonzalo Higuain atau Karim Benzema, dimana menempatkan Luka Modric, cederanya dua bek kiri juga mewarnai start tim ibukota ini.



Namun perlahan Madrid mampu menemukan bentuk permainan terbaik mereka. 4 kemenangan dan hasil imbang 2-2 dalam El Classico di Camp Nou sejak kekalahan lawan Sevilla di jornada 4 adalah hasil yang mengembalikan mereka dalam trek juara La Liga, meskipun mereka masih tertinggal 8 poin dari Barcelona sang pimpinan klasemen.

Madrid adalah tim bertabur bintang, kaya akan prestasi dan tradisi. ”Madrid adalah rumah bagi pesepakbola terbaik dunia.” Demikian ucapan terkenal dari Presiden mereka Florentino Perez saat membangun Los Galacticos jilid 1 satu dekade lalu.

Madrid adalah klub yang solid dilihat dari sisi manapun. Skuad, pelatih, manajemen, pendukung, juga finansial. Madrid mengukir berbagai keunggulan dari sisi finansial dibanding klub sepak bola manapun di dunia. Pendapatan Madrid adalah yang terbesar di dunia untuk sebuah klub olah raga. Deloitte mengungkapkan dalam laporannya bahwa dalam dua tahun terakhir, Real Madrid telah mengukir penerimaan sebanyak 480 dan 510 juta euro, dan telah sepuluh tahun berada di puncak Deloitte Football Money League, sebuah statistik yang menunjukkan besarnya penerimaan mereka ini.

Banyak pertanyaan mengemuka jika berbicara finansial klub berseragam putih ini. Berapakah keuntungan mereka? Dari mana saja sumber penerimaan datang? Mengapa mereka mampu mengeluarkan banyak dana untuk transfer pemain? Mengapa hutang mereka banyak?

Berapakah Keuntungan Mereka?
image001.png 
Sumber: Swiss Ramble

Dari tabel diatas terlihat bahwa Madrid adalah tim yang selalu berada dalam posisi profit dalam lima tahun terakhir, hal yang menunjukkan betapa sehatnya keuangan mereka. Yang mengesankan, catatan laba tetap mampu diukir Madrid di tahun 2009, saat dimana mereka mengeluarkan total uang transfer pemain sebesar 226 juta euro, 150 diantaranya untuk Cristiano Ronaldo dan Kaka.
Lalu, dari mana profit tersebut berasal? Sederhana saja. Pemasukan mereka lebih banyak daripada pengeluaran. Dalam figur penerimaan, kekuatan Madrid sangat merata di semua lini penerimaan klub sepak bola (gate receipt, hak siar, komersial) dengan masing-masin menyumbang rataan 30%.

Dari Mana Sumber Penerimaan Berasal?
Meskipun memang tertolong banyak dari ketimpangan pendapatan hak siar yang mereka monopoli bersama Barcelona, Madrid menunjukkan bahwa sektor penerimaan televisi bukanlah satu-satunya andalan mereka meraih keuntungan.
Menurut Deloitte, Madrid mampu mencetak pertumbuhan penerimaan sebanyak 74% jika direntangkan antara tahun 2005 hingga 2011. Jika berbicara salah satu sumber penerimaan tersebut, itu adalah gate receipt. Lagi-lagi Madrid menjadi leading club dalam penerimaan sektor penonton ini. Mereka menerima 124 juta euro dalam gate receipt, mengalahkan Manchester United dan Barcelona berturut-turut di posisi dua dan tiga.
Sisi komersial yang didapat dari penjualan kaus replika para bintang, merchandise dan lainnya juga adalah andalan penerimaan Madrid. Tidak bosannya Madrid mencetak rekor komersial. Madrid kembali memimpin perolehan penjualan kaus replika mereka, seperti dilihat pada gambar dibawah yang dikutip dari penelitian seorang oleh analis marketing Jerman, Dr. Peter Rohlmann.
image002.png 
Sisi komersial ini diyakini akan semakin kuat sehubungan dengan rencana mereka membangun Football Island di Uni Emirat Arab senilai 1 miliar US Dollar sebagai upaya mereka mengencangkan cengkraman terhadap pasar Timur Tengah dan Asia pada umumnya.
Sisi komersial lain yang berperan dalam penerimaan Madrid adalah sponsorship. Madrid menerima sponsporship shirt dan kit suppliers tertinggi dalam dunia sepak bola. Mereka mendapat 30 juta euro dari Bwin dan 38 juta dari Adidas. Jumlah ini bisa bertambah tergantung deal terbaru shirt sponsorship mereka yang akan berakhir di penghujung musim 2012/2013. Jumlah sponsorship mereka mungkin baru akan kalah dari Manchester United terkait deal baru mereka dengan Chevrolet. Namun itu baru akan terjadi di musim 2014-2015.
Dan jangan lupa, Madrid adalah klub dengan struktur kepemilikan keanggotaan. Saat ini iuran membership dari para anggota tetap tersebut menyumbangkan 10 juta euro.
Mengingat potensi tim ini untuk berprestasi di akhir musim, serta sejarah besar bergelimang prestasi dari klub ini, rasanya Madrid akan mendapat ganjaran deal sponsorship baru yang bahkan lebih besar lagi.

Mengapa Mereka Mampu Membeli Banyak Pemain Mahal?
Pertanyaan ini dapat dijawab jika kita mundur ke tahun 2003. Tahun tersebut adalah era bersejarah bagi negara Spanyol pada umumnya terkait ketentuan perpajakan. Saat itu, Real Madrid gencar diberitakan akan mendatangkan superstar Manchester United, David Beckham. Mungkin sedikit berbau politis, namun kedekatan Real Madrid dengan pemerintah nyatanya mampu mempengaruhi sistem perpajakan negara Spanyol.
Beckham datang, sistem pajak untuk ekspatriat berubah. Para ekspatriat kaya itu digelari karpet merah dan dikalungi bunga berupa tarif pajak yang hanya setengahnya saja dari orang Spanyol pada umumnya. Faktor pajak itulah yang memperkuat daya beli dan daya saing Madrid (dan Barcelona) dalam membeli pemain-pemaim incaran mereka karena mereka mampu menawarkan gaji yang lebih besar. Terhitung sejak era Beckham Law tersebut hingga dicabut tahun 2010, Madrid mengeluarkan total biaya transfer lebih dari 600 juta euro.
Setelah Beckham Law dicabut, barulah Madrid mengerem kebiasaan jor-joran mereka itu. Dalam dua musim terakhir, mereka ”hanya” mengeluarkan 70 juta euro saja, itupun ditambah penerimaan sebesar 35 juta hasil menjual pemain. Hal ini pula yang menyebabkan negosiasi perpanjangan kontrak dengan Cristiano Ronaldo berlangsung alot, dan sempat membuat sang superstar galau.

Mengapa Hutang Mereka Banyak?
Banyak pihak melihat bahwa Madrid memiliki hutang yang menggunung, senilai 590 juta euro. Bersama Barcelona dan Manchester United, mereka juga menjadi leading club dalam urusan utang.
Namun Swiss Ramble menyatakan bahwa jumlah besar tersebut timbul jika kita melihat pada total kewajiban (total liabilities) yang mengacu pada standar pelaporan keuangan Amerika Serikat (FASB). Dalam standar pelaporan keuangan yang baru dibawah regulasi IFRS (International Financial Reporting Standard), jumlah utang yang akan diperhitungkan tidaklah semua komponen, melainkan hanya hutang pada bank, obligasi dan penggunaan instrumen keuangan lainnya. Sementara hutang operasional tidaklah dihitung.
Total hutang bersih Madrid dengan figur ini ”hanya” sebesar 48 juta euro. Hal ini didapat dari net-off hutang bank sebesar 146 juta euro dengan saldo kas sebesar 98 juta euro.
Saya tidak bermaksud membikin pusing, namun sekadar membagi sedikit pandangan, mohon dikoreksi jika salah. Sistem IFRS ini dipercaya banyak ahli keuangan lebih menggambarkan situasi keuangan klub sesungguhnya karena pendekatan Profit/Loss yang digunakan. Dengan pendekatan ini, kegiatan operasional klub dapat lebih terkontrol dan klub akan mampu mengerem biaya mereka. Lain halnya dengan sistem FASB yang menekankan pada pendekatan Neraca. Untuk berbagai kepentingan, neraca dapat dibuat sedemikian rupa (window dressing) misalnya nilai aset klub yang terlihat ditonjolkan, sehingga klub terlihat baik-baik saja.

Kesiapan Menghadapi Financial Fair Play Dan Tantangan Kedepan
Lalu bagaimanakah kesiapan Los Blancos menghadapi Financial Fair Play. Well, tidak perlu menganalisa dengan repot untuk melihat bahwa kondisi finansial Real Madrid sangat bagus, setidaknya untuk saat ini. Laba yang terus diukir, juga pendapatan yang terus melonjak adalah hal yang bagus dari perspektif keuangan. Hutang-hutang maupun kerugian mereka yang berasal dari investasi infrastruktur, pengembangan pemain muda ataupun kegiatan sosial juga tidak akan dihitung oleh UEFA dalam penilaian mereka.
Andai UEFA menggunakan standar FASB untuk menilai hutang Real Madrid, hal ini tetap tidak menjadi masalah. Dengan penerimaan yang besar dan jumlah asset yang banyak, kemampuan Madrid untuk melunasi hutang mereka tidak perlu diragukan.
Yang perlu dikhawatirkan justru adalah hal-hal yang terjadi diluar organisasi mereka sendiri, yaitu kompetisi La Liga dan krisis ekonomi negara Spanyol. Banyak pengamat mengatakan bahwa kompetisi La Liga berada diambang kebangkrutan karena klub-klub mereka selain Madrid dan Barcelona hidup dalam zona merah dari sisi keuangan. Kita bisa melihat contoh Atletico Madrid yang belum bisa mencairkan hadiah kemenangan Europa League musim lalu, atau Villareal yang terdegradasi akibat lilitan utang yang tidak sebanding dengan penerimaan mereka.
Kondisi ini dapat mendesak perubahan kebijakan pembagian hak siar demi kelangsungan kompetisi La Liga. Meskipun klub dengan sejarah dan tradisi hebat seperti Madrid adalah klub yang too big to fail, namun klub-klub lain juga dianggap too important to be rescued. Pada akhirnya, kepentingan yang lebih besarlah yang akan diakomodasi.
Masalah pajak juga diyakini menjadi potensial hambatan klub ini. Madrid mulai kesulitan mendatangkan pemain mahal seperti yang biasa mereka lakukan karena sistem perpajakan Spanyol tidak lagi menjadi primadona  bagi pemain-pemain bergaji mahal itu. Krisis ekonomi Spanyol turut berbicara.
Negara seperti Rusia yang kini menikmati kebangkitan ekonomi, memiliki sistem pajak yang jauh lebih longgar karena mereka mampu memaksimalkan penerimaan negara dari industri dan perdagangan mereka, tanpa harus membebani rakyat dengan pajak yang tinggi. Boleh jadi, klub-klub Rusia seperti Zenit St Petersburg dan Anzhi Makhachkala akan menggantikan posisi mereka sebagai rumah pesepakbola terbaik dunia dalam beberapa tahun ke depan.

No comments:

Post a Comment